Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam perekonomiannya, ditandai dengan penurunan transaksi bisnis dan aktivitas ekonomi secara umum. Ketidakpastian pasar global, perubahan kebijakan pemerintah, serta fluktuasi nilai tukar mata uang telah menciptakan kondisi ekonomi yang tidak stabil. Dalam konteks ini, penting untuk memahami dampak yang lebih dalam dan strategis terhadap bisnis, terutama dalam hal penggunaan teknologi ERP (Enterprise Resource Planning).
Menurut prediksi terbaru dari Lembaga Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan berada di kisaran 4,97% hingga 5,01% pada kuartal kedua tahun ini. Angka ini menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,11%. Penurunan ini mencerminkan ketidakpastian global yang tinggi dan kinerja buruk dari sektor manufaktur dan perdagangan besar, yang memberikan sinyal peringatan bagi para pelaku bisnis.
Transformasi Digital, Peluang Tersembunyi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Indonesia
Namun, dalam situasi ketidakpastian ini, terdapat peluang strategis yang seharusnya tidak diabaikan oleh para pengusaha. Ketika perekonomian melambat, sering kali ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembenahan mendalam terhadap sistem yang digunakan, termasuk teknologi ERP. Sistem ERP yang ketinggalan zaman dapat menjadi beban berat, terutama jika mengalami penurunan kinerja, seperti proses yang lambat, kesalahan yang sering terjadi, dan biaya operasional yang tinggi.
Evaluasi dan Upgrade Sistem ERP
Penting untuk mengevaluasi seberapa efektif sistem ERP yang ada saat ini. Jika sistem lama tidak mampu berintegrasi dengan fitur baru atau tidak memenuhi kebutuhan bisnis yang berkembang, migrasi ke sistem ERP yang lebih modern bisa menjadi solusi yang strategis. Terlebih lagi, migrasi pada saat aktivitas bisnis tidak terlalu sibuk—misalnya, ketika tidak menghadapi peak season penjualan—dapat meminimalisir risiko dan gangguan operasional.
Namun, migrasi ERP bukanlah langkah yang bisa diambil sembarangan. Risiko migrasi yang tinggi bisa terjadi jika prosesnya tidak dilakukan dengan benar. Untuk meminimalisir risiko, sangat penting untuk menyusun rencana migrasi yang terperinci. Ini termasuk identifikasi risiko potensial, penjadwalan yang tepat, dan alokasi sumber daya yang memadai. Selain itu, pastikan untuk melakukan backup data yang menyeluruh dari sistem lama sebelum memulai proses migrasi. Dengan langkah-langkah ini, jika terjadi masalah, data dapat dikembalikan ke kondisi sebelumnya tanpa mengganggu operasi bisnis.
Menurut pak Welly Siendow, konsultan ERP dan CEO Appschef, banyak perusahaan seringkali terjebak dalam pola pikir jangka pendek, menunda keputusan untuk memperbarui sistem ERP mereka dengan alasan biaya dan kompleksitas. Padahal, ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan teknologi baru justru dapat menambah beban operasional dan mengurangi daya saing di pasar. Dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan bisnis menjadi sangat krusial. Tanpa sistem ERP yang terintegrasi dan modern, perusahaan berisiko kehilangan peluang strategis dan menghadapi kesulitan dalam mengelola data yang semakin kompleks.
“Kegagalan untuk memperbarui teknologi ini adalah kesalahan strategis yang dapat berakibat fatal, memperlambat pengambilan keputusan berbasis data dan menghambat inovasi. Oleh karena itu, perusahaan harus berani mengambil langkah tegas untuk mengadopsi ERP modern. Ini bukan hanya soal efisiensi, tetapi tentang memastikan daya saing dan kelangsungan bisnis di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompleks.” Tambah pak Welly Siendow.