Badai PHK awal tahun 2024 telah melanda karyawan Lazada di seluruh Asia Tenggara, dengan Singapura menjadi pusat dari gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tiba-tiba. Lazada sudah berekspansi kuat di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, tapi secara mengejutkan mengumumkan perubahan besar dalam struktur organisasinya. Selain berdampak kepada hilangnya pekerjaan, PHK ini juga berdampak kepada saham Alibaba.
PHK ini terjadi secara dadakan. Beberapa karyawan menerima undangan pertemuan pada malam sebelumnya atau bahkan hanya beberapa jam sebelum mereka dihadapkan pada kenyataan pahit kehilangan pekerjaan. Perubahan ini, menurut juru bicara Lazada, merupakan langkah kritis untuk mengevaluasi kebutuhan tenaga kerja dan restrukturisasi operasional, dengan tujuan memposisikan Lazada untuk menghadapi masa depan yang lebih cerah dalam bisnis dan pengelolaan sumber daya manusianya.
Dampak PHK Lazada untuk Saham Alibaba
Dampak dari gelombang PHK ini tidak hanya dirasakan oleh karyawan Lazada, tetapi juga menciptakan goncangan di pasar saham. Saham Alibaba, yang dicatatkan di bursa Hong Kong, merosot 3,24%, menyusutkan kapitalisasi pasar menjadi 1,45 triliun HKD. Di sisi lain, Alibaba Group Holding Limited, yang terdaftar di Bursa New York dengan kode efek BABA, mengalami penurunan sebesar 2,52% menjadi US$ 74,66 per lembar nya, dengan kapitalisasi pasar mencapai US$ 189 miliar.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan apakah Lazada hanya satu dari sekian banyak indikator bahwa “tech winter” atau kemerosotan industri teknologi akan terus berlanjut hingga tahun 2024. Tahun sebelumnya, banyak perusahaan teknologi di seluruh dunia melakukan PHK sebagai respons terhadap melemahnya pertumbuhan pendapatan, inflasi tinggi, dan kekhawatiran bahwa beberapa divisi tidak mampu mencapai monetisasi yang diharapkan.
Kompetisi Lazada Sebagai E-commerce
Lazada, yang menjadi bagian dari Alibaba Group sejak akuisisi pada tahun 2016, berada di bawah naungan Alibaba International Digital Commerce Group bersama dengan AliExpress, Trendyol, dan Daraz. Persaingan di pasar e-commerce Asia Tenggara semakin ketat, terutama dari pesaing seperti Shopee milik Sea Limited dan TikTok Shop, yang kembali aktif di Indonesia melalui kemitraan dengan Tokopedia.
Tech Company yang Juga PHK Masal
Sebelum Lazada, tahun 2023 telah menjadi saksi banyak perusahaan teknologi raksasa yang memutuskan untuk melakukan PHK besar-besaran. Contohnya Meta dan ByteDance. CEO Facebook, Mark Zuckerberg, dalam pernyataannya pada bulan Maret 2023, upaya ini bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka mampu mengendalikan biaya di tengah ketidakpastian ekonomi global.
ByteDance, perusahaan di balik TikTok, juga tidak luput dari gelombang PHK. Mereka memangkas sekitar 1.000 pekerjaan dalam perombakan terbesar pada divisi game mereka. Alasan di balik pemangkasan ini adalah pandangan bahwa divisi game kurang fokus dan memiliki prospek terbatas untuk monetisasi, sehingga ByteDance memilih untuk fokus pada inti bisnis mereka, yaitu platform video pendek TikTok dan aplikasi e-commerce.
Pergeseran besar-besaran di industri teknologi tidak hanya menciptakan gejolak di pasar saham, tetapi juga menciptakan pertanyaan besar tentang arah masa depan industri teknologi dan Ecommerce. Apakah langkah-langkah yang diambil oleh Lazada, Facebook, dan ByteDance akan menjadi panduan untuk perusahaan teknologi lainnya dalam menghadapi tantangan serupa di tahun 2024 ini?