Teknologi blockchain, sebagai sistem distribusi database terdesentralisasi, telah melahirkan era baru dalam transformasi teknologi. Berbeda dengan model tradisional, blockchain memungkinkan setiap partisipan dalam jaringan memiliki salinan identik dari catatan transaksi. Inilah dasar bagi berbagai aplikasi, terutama cryptocurrency seperti Bitcoin dan Ethereum. Namun, seiring perkembangan waktu, peran blockchain juga berkembang dalam sektor ekonomi, keuangan, dan industri lainnya. Regulasi setiap negara juga mempengaruhi seberapa mudah adopsi dan implementasi blockchain dalam setiap sektor. Ada empat alasan negara-negara ini menjadi magnet adopsi blockchain.
Alasan Lima Negara Ini Mudah Mengadopsi Blockchain
- Tingkat adopsi teknologi blockchain yang tinggi oleh individu atau pelaku bisnis adalah indikator yang jelas.
- Pengembangan blockchain membutuhkan investasi yang substansial. Negara yang memiliki ekosistem funding dan investment yang kuat akan menjadi magnet pasar pengguna blockchain.
- Regulasi pemerintahan yang memberikan kebijakan jelas dan mendukung pengembangakan teknologi blockchain.
- Research & Development yang memadai.
Negara yang Paling Banyak Menggunakan Blockchain
Berikut adalah gambaran singkat tentang lima negara yang menjadi pionir dalam mengadopsi teknologi blockchain dengan tujuan mendorong inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan lingkungan regulasi yang mendukung.
Singapura
(Ilustrasi bendera Singapura. Sumber foto Unsplash oleh Justin Lim)
Singapura, dengan kebijakan regulasi yang mendukung, telah menjadi pusat bisnis blockchain. Otoritas Moneter Singapura (MAS) telah melakukan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan, membuatnya menjadi hotspot untuk Initial Coin Offerings (ICO). Pada tahun 2021, 43% warganya memiliki aset kripto. Survei terbaru pada 2022 menunjukkan bahwa minat terhadap cryptocurrency dan blockchain tetap tinggi, dengan sekitar 58% populasi menganggap Bitcoin sebagai aset investasi dan penyimpan nilai. Singapura mempertahankan reputasinya sebagai pionir dengan peraturan inovatif tanpa mengorbankan keamanan.
Malta
(Ilustrasi foto bendera Malta. Sumber foto Pexels oleh Lazar Gugleta)
Malta, atau “pulau blockchain,” telah memimpin jalan sejak tahun 2017. Dengan merumuskan regulasi industri pada tahun 2018, Malta menciptakan kerangka regulasi untuk blockchain, mata uang digital, dan layanan terkait. Dalam hal pajak, Malta memberikan kejelasan dengan mengecualikan uang elektronik dan utility token dari pajak capital gains. Ini menciptakan lingkungan kondusif bagi perusahaan blockchain dan digital untuk berkembang.
Uni Emirat Arab (UEA)
(Ilustrasi bendera UEA. Sumber foto Pexels oleh Suji Su)
UEA memposisikan dirinya sebagai pusat inovasi digital dengan Strategi Blockchain Emirates 2021. Keputusan UEA untuk mengadopsi teknologi blockchain secara luas meningkatkan efisiensi operasional di sektor pemerintah dan swasta. Pemerintah UEA mendukung kebijakan inovasi di metaverse dan pasar NFT, menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas dan aplikasi teknologi baru.
El Salvador
(Ilustrasi bendera El Savador. Sumber foto Pexels oleh Hugo Martínez)
El Salvador menciptakan sejarah pada Juni 2021 dengan menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui Bitcoin sebagai mata uang legal. Keputusan ini bertujuan untuk meningkatkan inklusivitas keuangan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses ke layanan perbankan tradisional. El Salvador mengintegrasikan Bitcoin ke dalam kerangka keuangan mereka, menarik investor internasional melalui langkah-langkah inovatif, termasuk pembentukan dana trust senilai $150 juta.
Vietnam
(Ilustrasi bendera Vietnam. Sumber foto Pexels oleh Markus Winkler)
Sumber daya manusia Vietnam terhitung sangat kompeten dalam pengembangan teknologi Blockchain. Tidak heran, Vietnam menjadi destinasi menarik bagi investor internasional di bidang blockchain. Investasi untuk aset NFT melonjak dari $37 juta menjadi $4,8 miliar pada tahun 2021. Vietnam menawarkan orang yang kompeten dalam bidang ini dengan biaya yang kompetitif, mampu mendukung lebih dari 3.800 proyek blockchain. Selain itu, proyek-proyek tersebut biasanya didukung oleh 200 dana modal ventura dan 100 dana inkubasi proyek.
Sebagai kesimpulan, perkembangan teknologi blockchain ini bukan hanya menciptakan peluang ekonomi dalam skala nasional, tetapi juga memberikan fondasi untuk perubahan positif di panggung global. Sebagai pemimpin di garis depan adopsi blockchain, kelima negara ini membawa harapan akan masa depan teknologi yang lebih terbuka, inklusif, dan efisien.