Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi web telah mengalami perubahan signifikan dari Web 2.0 ke Web 3.0. Web 2.0 merupakan web generasi sebelumnya yang fokus pada pengguna sebagai konsumen konten. Sedangkan Web 3.0 menekankan pada partisipasi aktif pengguna dan pengalaman yang lebih interaktif. Sisi keamanan merupakan salah satu perbedaan yang mencolok antara Web 3.0 dan Web 2.0. Oleh karena itu, di era digital seperti sekarang ini banyak perusahaan yang mulai mengadopsi sistem Web 3.0. Indonesia, sebagai negara berkembang dengan pertumbuhan teknologi yang pesat, memiliki potensi besar untuk mengadopsi Web 3.0.
Potensi Web 3.0 di Indonesia
Data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia mengungkapkan bahwa pada tahun 2021, jumlah portofolio investor Indonesia mencapai level tertinggi dalam lima tahun. Hal ini disebabkan oleh masuknya generasi milenial dan generasi Z ke pasar kripto yang difasilitasi oleh aplikasi fintech. Faktanya, jumlah investor tunggal mencapai 7,35 juta pada tahun tersebut. Angka ini menunjukkan adopsi pasar blockchain, Web3, dan kripto yang memiliki pangsa sebesar 3 persen dari total populasi Indonesia.
Dengan tren ini, Indonesia memiliki potensi yang kuat untuk menerapkan teknologi Web 3.0 dalam sektor industri yang beragam. Misalnya, dalam sektor keuangan, teknologi blockchain dapat mendukung sistem pembayaran terdesentralisasi yang lebih efisien dan aman. Selain itu, kontrak pintar (digital) dapat digunakan untuk memfasilitasi transaksi otomatis dan kepercayaan yang lebih tinggi antara pihak-pihak yang terlibat.
Berikut 7 Perbedaan antara Web 2.0 dan Web 3.0
Web 2.0, yang juga dikenal sebagai “Web sosial,” mengacu pada era internet dimana pengguna dapat berpartisipasi dalam membuat dan berbagi konten. Situs web seperti Facebook, Twitter, dan YouTube adalah contoh nyata dari Web 2.0. pengguna web dapat mengunggah konten mereka sendiri, berinteraksi dengan pengguna lain, dan berkontribusi dalam komunitas daring.
Di sisi lain, Web 3.0, yang sering disebut sebagai “Web semantik”, menekankan pada pengalaman pengguna yang lebih canggih. Web 3.0 melibatkan pengguna dalam konten yang lebih dinamis dan interaktif, seperti menggunakan teknologi blockchain, kecerdasan buatan, dan kontrak pintar. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital yang terdesentralisasi, menyimpan data mereka sendiri, dan mengendalikan privasi mereka dengan lebih baik.
Perbedaan | Web 2.0 | Web 3.0 |
Struktur Platform | Dibangun di atas platform terpusat yang memiliki dan mengontrol data dan konten pengguna. | Dibangun di atas platform terdesentralisasi, seperti blockchain, yang memungkinkan pengguna untuk memiliki dan mengontrol data dan konten mereka. |
Pengendalian Konten | Platform memiliki kendali penuh atas data dan konten pengguna. | Pengguna memiliki kendali penuh atas data dan konten mereka. |
Algoritma Konten | Algoritma dasar digunakan untuk mengontrol dan menyaring konten. | Menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML) canggih untuk memahami konteks, semantik, dan makna konten. |
Interaksi Pengguna | Interaksi antara pengguna sering memerlukan perantara. | Pengguna dapat berinteraksi langsung tanpa perantara. |
Teknologi AI dan ML | Penggunaan teknologi AI dan ML terbatas. | Memanfaatkan teknologi AI dan ML untuk memahami konten secara lebih cerdas. |
Pengalaman Pengguna | Pengalaman pengguna terfragmentasi di berbagai perangkat dan platform. | Pengalaman pengguna yang lebih lancar di berbagai perangkat dan platform melalui standar terbuka, protokol, dan API. |
Privasi dan Keamanan | Fokus privasi dan keamanan yang lebih rendah. | Fokus yang lebih besar pada privasi dan keamanan dengan menggunakan teknologi enkripsi dan mekanisme kontrol yang lebih baik. |
Di Indonesia, kita memiliki peluang unik untuk melihat perubahan transformasional di sektor industri, seperti keuangan, logistik, dan pendidikan dengan adopsi Web 3.0 yang semakin berkembang. Namun, tantangan seperti pemahaman yang luas tentang teknologi, regulasi yang sesuai, dan inklusivitas akses perlu diatasi agar potensi ini dapat direalisasikan sepenuhnya. Dengan upaya yang tepat, Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam mewujudkan era Web 3.0 yang berdampak positif dan inklusif bagi masyarakat.