Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (AI) kini menjadi bagian integral dalam banyak industri. Salah satu yang paling merasakan dampak AI dalam permintaan klien adalah software house. Pengaruh AI terhadap permintaan klien semakin terasa, khususnya sejak beberapa tahun terakhir. Dalam wawancara ini, kami berbicara dengan COO dan CTO PT Walden Global Services (WGS), Yogi Arjan dan Pingadi Limajaya dari salah satu software house enterprise di Indonesia mengenai bagaimana teknologi ini mempengaruhi pola permintaan klien dan tantangan yang mereka hadapi dalam implementasinya.
AI: Dari Automasi ke Solusi Dinamis untuk Klien
Sejak 2020, permintaan klien terhadap solusi berbasis AI mengalami lonjakan pesat. Dampak AI dalam permintaan klien kini terasa lebih nyata, dengan semakin banyak klien yang mencari solusi yang lebih dinamis dan fleksibel. Pingadi mengungkapkan bahwa, awalnya, banyak klien mereka menginginkan sistem berbasis aturan yang kaku. Namun, tren mulai berubah. “Kini, klien kami ingin solusi yang lebih adaptif, yang dapat bertransformasi seiring waktu,” ujar CTO WGS tersebut. Contoh paling nyata dari peralihan ini adalah penggunaan AI generatif untuk meningkatkan pengalaman pelanggan melalui chatbots pintar dan rekomendasi otomatis yang lebih personal.
Namun, meski permintaan meningkat, tantangan tak kunjung reda. Pingadi menambahkan, “Ada banyak klien yang memiliki ekspektasi tinggi, menganggap AI bisa langsung diaplikasikan tanpa memahami bagaimana cara kerja teknologi ini.” Ia menegaskan pentingnya edukasi kepada klien agar mereka menyadari bahwa penerapan AI memerlukan pelatihan data yang akurat dan pemahaman mendalam.
Ekspektasi Klien: Antara Harapan dan Realitas
Salah satu hambatan terbesar dalam mengimplementasikan AI, menurut Yogi, adalah mengelola ekspektasi klien. “Banyak yang datang dengan harapan AI dapat bekerja sempurna hanya dengan diberikan data,” jelasnya. Padahal, dalam prakteknya, implementasi AI yang efektif membutuhkan infrastruktur yang solid dan data yang berkualitas. Dampak AI dalam permintaan klien juga memunculkan kebutuhan untuk lebih banyak tenaga ahli yang mampu menangani proses-proses kompleks dalam implementasi AI. COO mengungkapkan, “Kami terus mencari ahli yang benar-benar mengerti kompleksitas teknologi ini, karena kami ingin memastikan bahwa setiap solusi yang kami tawarkan benar-benar bermanfaat.”
Startup dan Perusahaan Besar: Segmen Klien yang Menjadi Penggerak
Dalam hal adopsi teknologi, kedua segmen klien yang paling aktif adalah perusahaan besar dan startup berbasis teknologi. COO menjelaskan, “Perusahaan besar menggunakan AI untuk meningkatkan efisiensi operasional, sementara startup berfokus pada inovasi dan keunggulan kompetitif.” Penerapan AI di Indonesia, meskipun berkembang pesat, masih lebih terbatas pada efisiensi operasional, berbeda dengan negara-negara Barat yang lebih fokus pada inovasi produk melalui teknologi tersebut.
Sementara itu, Pingadi juga menekankan bahwa meskipun Indonesia masih tertinggal dalam hal penerapan AI dibandingkan dengan negara-negara maju, peluangnya sangat besar. “Kami melihat banyak perusahaan di Indonesia yang mulai sadar akan potensi AI, dan itu memberikan harapan untuk transformasi digital yang lebih masif dalam beberapa tahun ke depan.”
Pandemi: Pemicu Percepatan Adopsi AI
Pandemi COVID-19 menjadi faktor penting yang mempercepat adopsi digital, termasuk AI. Pingadi mengungkapkan, “Saat banyak perusahaan terpaksa beralih ke solusi digital, AI menjadi alat yang sangat berguna untuk menggantikan proses manual yang sebelumnya memakan banyak waktu dan tenaga.” Perubahan besar ini semakin jelas ketika teknologi AI generatif seperti ChatGPT mulai populer pada 2022. COO menambahkan, “Kami mulai melihat banyak klien yang dulu skeptis kini semakin tertarik untuk mengeksplorasi potensi AI setelah melihat penerapan praktisnya di dunia nyata.”
Sektor-sektor yang Paling Terpengaruh oleh AI
Penerapan AI sangat bervariasi di berbagai sektor. Yogi menyebutkan, sektor e-commerce, fintech, dan healthcare adalah yang paling terdampak. Di e-commerce, misalnya, AI digunakan untuk memberikan rekomendasi produk yang lebih personal. Di sektor fintech, AI berperan dalam analisis risiko dan deteksi penipuan. Sementara itu, di dunia healthcare, AI membantu dalam proses diagnosis dan prediksi penyakit.
Namun, meskipun sektor-sektor ini sangat aktif dalam menerapkan AI, Pingadi juga mengingatkan bahwa banyak klien yang belum sepenuhnya memanfaatkan potensi teknologi ini. “Sebagian besar klien baru melihat manfaat AI di area-area tertentu, namun mereka belum sepenuhnya menyadari bagaimana AI bisa bertransformasi menjadi solusi end-to-end yang lebih efektif untuk bisnis mereka,” tambahnya.
Peran Software House di Era AI
Bagi COO dan CTO, peran software house dalam era AI tetap sangat penting, meskipun teknologi ini semakin berkembang pesat. “AI mungkin bisa mengotomatiskan banyak proses, tetapi software house tetap memiliki peran sentral dalam merancang solusi yang dapat mengintegrasikan berbagai teknologi, serta memastikan aplikasi AI yang dibuat sesuai dengan kebutuhan spesifik klien,” jelas Yogi. Mereka juga menambahkan bahwa penting untuk mengembangkan solusi yang lebih modular dan fleksibel, yang memungkinkan klien dari berbagai ukuran perusahaan untuk mengimplementasikan AI tanpa harus melakukan investasi yang sangat besar.
Pingadi juga menyoroti, “Kami berfokus pada pembuatan solusi yang mudah diintegrasikan dengan sistem yang sudah ada di klien, sehingga mereka bisa mulai merasakan manfaat AI tanpa perlu merombak seluruh infrastruktur mereka.”
AI sebagai Katalisator Transformasi
Berdasarkan wawancara ini, terlihat jelas bahwa kecerdasan buatan memberikan dampak besar terhadap cara perusahaan software house berinteraksi dengan klien. Dampak AI dalam permintaan klien memang tidak bisa diabaikan, karena teknologi ini semakin mempercepat transformasi digital. Meskipun tantangan dalam implementasi dan pemahaman teknologi ini masih ada, AI jelas menjadi katalisator utama dalam transformasi digital yang semakin mempercepat adopsi solusi berbasis data. Bagi software house, tantangannya bukan hanya bagaimana menawarkan teknologi yang tepat, tetapi juga bagaimana mendampingi klien dalam perjalanan mereka menuju pemanfaatan AI yang lebih optimal dan efisien.