Pada Mei 2023, salah satu bank syariah terbesar di Indonesia mengalami gangguan layanan digital yang melumpuhkan akses nasabah selama beberapa hari. Insiden ini tidak hanya berdampak pada ketidaknyamanan pelanggan, tetapi juga memunculkan risiko lebih besar ketika kelompok peretas mengklaim telah mencuri jutaan data nasabah dan menyebarkannya di pasar gelap internet (dark web). Dengan kerugian reputasi dan tuntutan besar yang muncul, insiden ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kesiapan menghadapi gangguan operasional digital.
Namun, apa yang sebenarnya membuat gangguan seperti ini begitu merusak? Selain serangan siber, bencana lain seperti kerusakan infrastruktur, bencana alam, atau kesalahan manusia juga dapat melumpuhkan operasional perusahaan. Dalam menghadapi situasi seperti ini, memiliki Disaster Recovery Plan (DRP) yang solid adalah kunci untuk bertahan dan pulih dengan cepat.
DRP Bukan Sekadar Cadangan, Melainkan Strategi Menyeluruh
Disaster Recovery Plan (DRP) lebih dari sekadar rencana cadangan untuk menjaga data tetap aman. DRP adalah strategi yang memungkinkan perusahaan untuk kembali beroperasi dalam waktu singkat setelah terjadinya gangguan besar. Dalam dunia yang semakin bergantung pada teknologi, serangan siber atau bencana yang menghancurkan infrastruktur perusahaan dapat mempengaruhi kelangsungan bisnis secara keseluruhan. Tanpa persiapan yang matang, sebuah perusahaan dapat mengalami kerugian yang jauh lebih besar.
Disaster Recovery bukan hanya soal membuat backup data, tetapi tentang bagaimana kita memastikan semua sistem penting kembali berfungsi dengan cepat dan efisien. Meskipun banyak perusahaan yang sudah menerapkan DRP, tidak sedikit yang hanya sebatas pada cadangan data tanpa memikirkan pemulihan operasional yang lebih menyeluruh. Proses pemulihan yang cepat harus menjadi bagian dari strategi inti perusahaan, bukan sekadar pelengkap.
Salah satu solusi yang semakin banyak diterapkan adalah Disaster Recovery as a Service (DRaaS) berbasis cloud. Layanan ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan pemulihan operasional dengan lebih cepat, tanpa harus bergantung pada infrastruktur fisik yang bisa rusak akibat bencana. DRaaS memungkinkan data disalin dan disimpan di server cloud, yang memungkinkan pemulihan lebih cepat jika terjadi kerusakan atau kehilangan data.
Namun, DRP yang efektif tidak hanya bergantung pada teknologi seperti DRaaS. Faktor yang tak kalah penting adalah perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik perusahaan. Setiap perusahaan, tergantung pada ukuran, jenis industri, dan infrastruktur teknologinya, akan menghadapi risiko yang berbeda. Oleh karena itu, strategi DRP yang efektif harus memetakan setiap potensi gangguan yang bisa terjadi dan merencanakan langkah-langkah pemulihan yang tepat.
Dalam banyak kasus, perusahaan sering kali merasa bahwa DRP hanya diperlukan untuk gangguan besar. Padahal, gangguan kecil seperti kesalahan sistem atau kegagalan perangkat keras bisa menyebabkan kerugian jangka panjang jika tidak ada pemulihan yang tepat. Untuk itu, DRP yang tepat bukan hanya soal teknologi, tetapi juga pelatihan dan simulasi rutin untuk memastikan bahwa semua karyawan tahu apa yang harus dilakukan ketika gangguan terjadi.
Gangguan Digital: Risiko di Era Transformasi
Industri yang sangat bergantung pada teknologi digital, seperti perbankan, kesehatan, dan manufaktur, menghadapi risiko besar dari gangguan operasional. Dalam dunia yang semakin terhubung, bahkan satu jam downtime bisa menimbulkan kerugian besar.
Kerusakan sistem dalam industri perbankan, misalnya, dapat mengganggu akses nasabah terhadap rekening mereka, menyebabkan kerugian finansial dan kepercayaan yang hilang. Dalam dunia kesehatan, gangguan pada sistem informasi pasien bisa berakibat fatal, sementara dalam sektor manufaktur, hilangnya koneksi otomatis bisa menyebabkan rantai pasokan terganggu. Hal ini semakin mempertegas pentingnya pemulihan yang cepat dan efisien untuk memastikan bahwa operasional tidak terhenti dalam waktu lama.
Di tengah transformasi digital yang pesat, perusahaan juga perlu beradaptasi dengan risiko baru yang muncul. Ketika lebih banyak data dan aplikasi dipindahkan ke cloud, ancaman terhadap data dan sistem menjadi lebih kompleks. Perusahaan yang tidak memiliki sistem pemulihan yang tepat berisiko menghadapi kerugian jangka panjang yang bisa sangat merugikan baik dari segi finansial maupun reputasi.
DRP: Investasi Strategis yang Sering Diabaikan
Seringkali, perusahaan menganggap DRP sebagai biaya tambahan yang tidak mendesak dan lebih memilih untuk menunda penerapannya sampai suatu insiden terjadi. Namun, ini adalah pendekatan yang berisiko. Sebuah laporan industri menunjukkan bahwa perusahaan yang tidak mempersiapkan DRP mereka dengan baik bisa menghadapi waktu pemulihan yang lebih lama dan kerugian yang jauh lebih besar.
Banyak perusahaan yang menganggap DRP sebagai biaya tambahan dan baru mulai serius setelah insiden besar terjadi. Padahal, ini adalah investasi yang dapat menyelamatkan perusahaan dari kerugian yang lebih besar.
Menurutnya, perusahaan yang sudah memiliki rencana pemulihan yang matang dapat meminimalkan downtime dan mengurangi kerusakan reputasi yang bisa terjadi setelah gangguan besar.
Meskipun demikian, DRP bukanlah solusi satu ukuran untuk semua. Setiap perusahaan harus menyesuaikan strategi pemulihan mereka dengan karakteristik bisnis, teknologi, dan industri yang mereka jalani. Hal ini menjadikan DRP sebagai langkah yang lebih strategis daripada sekadar mekanisme cadangan data.
Pelajaran dari Gangguan Digital
Kasus gangguan layanan yang dialami salah satu bank syariah di Indonesia adalah contoh nyata betapa pentingnya kesiapan menghadapi bencana digital. Gangguan semacam ini tidak hanya berisiko menurunkan kepercayaan pelanggan, tetapi juga dapat mengancam kelangsungan bisnis. Sebagai langkah preventif, perusahaan sebaiknya tidak hanya bergantung pada solusi teknologi tetapi juga harus memastikan bahwa sistem pemulihan mereka terintegrasi dengan baik dalam strategi bisnis keseluruhan.
Tantangan utama bukan lagi soal apakah gangguan akan terjadi, melainkan kapan itu terjadi, dan seberapa siap perusahaan untuk pulih. DRP memberikan solusi praktis untuk mengatasi masalah ini. Dengan teknologi seperti DRaaS, perusahaan dapat melindungi data mereka, memastikan operasional tetap berjalan, dan mengurangi risiko kerugian jangka panjang.
DRP Adalah Kebutuhan, Bukan Pilihan
Di era digital yang penuh tantangan, Disaster Recovery Plan bukan lagi opsi tambahan, tetapi kebutuhan mendasar bagi setiap perusahaan. Insiden yang menimpa salah satu bank syariah di Indonesia menjadi pengingat keras bahwa gangguan operasional dapat terjadi kapan saja, tanpa peringatan.
Dengan investasi yang tepat dalam DRP, perusahaan tidak hanya mampu memulihkan operasional lebih cepat, tetapi juga membangun kepercayaan jangka panjang di mata pelanggan. Dalam dunia bisnis yang serba cepat dan kompetitif, memiliki DRP yang kuat adalah langkah cerdas untuk memastikan ketahanan dan keberlanjutan bisnis.